Sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak, ditambah dengan sejarah kepercayaan nenek moyang lain sebelum masuknya Islam, banyak asimilasi budaya yang bisa dilihat di Indonesia. Salah satunya adalah tradisi Rebo Kasan yang umumnya dijalankan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai seperti Gresik. Apa sebenarnya tradisi yang juga disebut dengan Rebo Wekasan ini dan bagaimana tradisi ini dijalankan di Indonesia?
Jika diperhatikan, di Indonesia sendiri ada banyak sekali tradisi yang merupakan asimilasi atau percampuran antara tradisi yang bersifat adat dengan tradisi yang bersifat keislaman. Sebut saja tradisi Grebeg Mulud yang dilaksanakan penduduk sekitar Keraton Jogja untuk memperingati Maulid Nabi dan beberapa tradisi populer lainnya. Begitu pula dengan tradisi yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat beragama Islam yang tinggal di daerah pesisir. Tradisi ini dikenal dengan nama Rebo Wekasan atau lebih sering disebut tradisi Rebo Kasan.
Yang dimaksud dengan tradisi Rebo Kasan sendiri adalah tradisi yang dilakukan di hari Rabu terakhir di Bulan Shafar. Masyarakat mempercayai pada hari ini akan diturunkan bencana dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Karena itu tujuan diadakannya tradisi ini adalah sebagai bentuk penolak bala atau mencegah bencana. Tradisi ini pada awalnya memang hanya dikenal oleh masyarakat pesisir saja, seperti di daerah Cirebon, Banten, Probolinggo dan termasuk juga Gresik. Namun seiring perkembangannya, tradisi ini terus menyebar melalui proses perkawinan. Sehingga kini tradisi ini tidak hanya dirayakan oleh masyarakat di pesisir pantai saja.
Setiap daerah di Indonesia juga memiliki cara yang berbeda dalam merayakan atau menjalankan tradisi Rebo Wekasan ini. Misalnya di daerah Tasikmalaya dan di Probolinggo dirayakan dengan menggelar sholat berjamaah. Ada pula yang merayakannya dengan cara bersedekah dan melakukan khataman Qur’an.
Hal yang berbeda juga dilakukan oleh masyarakat Gresik, tepatnya di Desa Suci Kecamatan Manyar Gresik. Konon tradisi Rebo Kasan ini dilakukan oleh masyarakat desa Suci sebagai bentu rasa syukur atas ditemukannya sumber air yang sudah dinantikan sejak lama oleh masyarakat sekitar. Hari penemuan sumber air itu bertepatan dengan hari Rabu Terakhir di bulan Syafar sehingga diperingati dengan melakukan tradisi ini.
Ada banyak cara yang dilakukan untuk memperingati tradisi ini, salah satunya yang dilakukan di desa Suci Kabupaten Gresik ini. Di Gresik sendiri, tradisi Rebo Wekasan diawali dengan melaksanakan sholat berjamaah dilanjutkan dengan Khotmil Qur’an di hari Selasa malam. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan tahlil, manaqib dan berdoa bersama.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan prosesi sedekah desa dengan melakukan kirab tumpeng dan berbagai jajanan pasar. Yang khas pada peringatan Rebo Wekasan ini adalah kue serabi yang pasti ada saat perayaan. Acara kemudian ditutup dengan melaksanakan sholat malam berjamaah sebagai bentuk syukur atas rejeki yang sudah diberikan serta memohon perlindungan dari segala bahaya yang mengancam.
Pada dasarnya, ada banyak jenis tradisi yang dianut masyarakat Indonesia yang merupakan hasil percampuran antara adat budaya masyarakat setempat dengan nilai-nilai keislaman. Termasuk salah satunya adalah tradisi Rebo Kasan yang konon diilhami oleh Sunan Giri sebagai penyebar agama Islam di wilayah Jawa Timur. Tradisi yang umumnya dijalankan oleh masyarakat pesisir ini memang bertujuan baik, yaitu sebagai wujud rasa syukur dan memohon perlindungan. Sejauh ini pelaksanaannya pun selalu berdasarkan ajaran agama Islam, seperti misalnya dilakukan dengan menggelar doa bersama, khotmil dan bahkan sholat malam berjamaah.
#sumber foto : IG @ esonwongsuci