Indonesia sebagai negara kepulauan memang sangat terkenal dengan keanekaragamannya. Salah satu keragaman yang banyak dijumpai adalah perbedaan adat istiadat dan tradisi di masing-masing daerah. Gresik sebagai salah satu kota di Indonesia tentunya juga memiliki tradisi khas. Tradisi tersebut adalah tradisi pasar bandeng. Sama dengan tradisi lain yang pasti dilakukan dalam periode tertentu, tradisi ini juga selalu diselenggarakan setiap tahun oleh Pemerintah Kabupaten Gresik yakni pada tanggal 27 sampai dengan malam hari tanggal 28 Ramadhan.
Untuk sejarah munculnya tradisi pasar bandeng ini memang memiliki banyak versi dari berbagai sumber yang berbeda. Versi pertama menyebutkan terkait adanya tradisi mudik atau pulang kampung menjelang lebaran tiba. Kala itu santri-santri Sunan Giri di pondok pesantren Giri Kedaton juga melakukan mudik ke kampung halaman. Layaknya orang sekarang, santri-santri tersebut membawakan oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman. Berhubung Gresik menghasilkan ikan bandeng berkualitas tinggi, santri-santri tersebut memilih ikan bandeng sebagai oleh-olehnya. Kemampuan untuk bertambak ikan bandeng ini konon diajarkan oleh Sunan Giri. Berawal dari keprihatinan Sunan Giri akan ekonomi masyarakat Gresik, maka beliau mencari ide untuk bisa menangkat kodisi ekonomi masyarakat sekitar. Karena sebagian wilayah berada di pesisir pantai, maka Sunan Giri mengajarkan untuk melakukan tambak ikan bandeng.
Versi kedua dari tradisi pasar bandeng ini menyebutkan bahwa tradisi ini ada sejak Syekh Djalaluddin atau Buyut Senggulu yang juga masih keturunan dari Sunan Giri. Syekh Djalaluddin ini merupakan seorang pendakwah yang menyebarkan agama Islam di daerah Trate. Beliau mempunyai tiga orang putri bernama nyai Werugil, nyai Anger dan Nyai Mas. Salah satu putri Syekh Djalaluddin yang bernama Nyai Mas menikah dengan salah satu putra keturunan kerajaan Islam Palembang bernama Kyai Qomis. Karena kedekatan antara kedua keluarga sangat erat, setiap tahun menjelang lebaran keluarga Kyai Qomis yang dari Palembang datang ke Gresik dengan membawa banyak orang. Karena banyaknya orang yang datang inilah masyarakat Gresik memanfaatkannya untuk berjualan Bandeng.
Versi lain menyebutkan bahwa adanya tradisi ini dimulai pada zaman kolonial Belanda. Karena penduduk Gresik memang mayoritas memiliki usaha pertambakan bandeng akhirnya mereka melakukan penjualan bandeng secara bersama-sama. Sejak saat itu, Gresik terkenal dengan ikan bandengnya sampai-sampai muncul istilah Gresik ya Bandeng. Bandeng yang dihasilkan dari wilayah ini memang memiliki kualitas yang bagus dan juga kezat untuk dinikmati.
Salah satu tujuan diadakannya tradisi pasar bandeng ini adalah sebagai perwujudan rasa syukur karena telah hampir selesai melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan. Di sisi lain, keahlian dalam bertambak ikan bandeng penduduk Gresik yang berada di wilayah pesisir dapat ditunjukkan ke masyarakat luar. Dan yang tak kalah pentingnya yakni untuk melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan secara turun menurun.
Selain menjadi momen berjualan ikan bandeng, rangkaian acara pada perayaan tradisi ini juga diisi dengan perlombaan-perlombaan yang memperebutkan hadiah lumayan besar seperti kontes ikan bandeng terbesar, perlombaan aneka olahan ikan bandeng, dan acara-acara lainnya. Kontes-kontes yang diselenggarakan tersebut Untuk ikan yang dijual pada saat perayaan tradisi ini berbeda dari biasanya, ikan bandeng yang dijual sangat gurih, tidak berbau tanah dan juga memiliki ukuran yang besar. Tradisi pasar bandeng ini biasanya dilakukan di sepanjang jalan Samanhudi sampai dengan jalan Basuki Rahmat dan diselenggarakan pada malam hari.
#sumber gambar IG @ wisatagresik