Setiap wilayah di Indonesia pasti mempunyai tradisi masing-masing yang harus dilestarikan. Sama halnya dengan Gresik khususnya Desa Gumeno. Desa yang secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Manyar, Gresik tersebut juga mempunyai sebuah tradisi yang lestari hingga sekarang dan diharapkan jangan sampai hilang dimakan oleh zaman. Tradisi tersebut disebut dengan tradisi Kolak Ayam Gresik yang merupakan sebuah tradisi tahunan. Tradisi ini selalu dilaksanakan sudah selama lima abad. Masyarakat Gresik mengenal Kolak Ayam sebagai “sanggiring” yang berarti sang pemimpin gering atau sakit.
Mungkin Anda bingung kenapa diberi nama Kolak Ayam? Semua tahu kalau kuliner kolak biasanya dibuat dari pisang yang dimasak dengan santan kelapa dan diberi gula jawa. Tetapi kolak ini memang berbeda. Diberi nama Kolak Ayam Gresik karena bahan utama pembuatannya adalah ayam. Dan ayam yang dipakai haruslah ayam kampung. Rasa kolak juga berbeda dengan kolak pisang. Kolak ayam bercita rasa legit dan gurih. Dan diberi nama Kolak Ayam karena diambil dari Bahasa Arab “kholaqul ayyam” yang dalam bahasa Indonesia mempunyai arti “mencari berhari-hari”.
Tradisi Kolak Ayam Gresik berawal dari kisah Sunan Dalem yang merupakan seorang waliyullah yang berdakwah di Desa Gumeno. Putra Sunan Giri bernama lengkap Syeikh Maulana Zaenal Abidin ini membangun masjid di desa Gumeno sebagai tempat ibadah sekaligus tempat syiar Islam di sana. Tidak lama setelah masjid selesai, Sunan Dalem jatuh sakit. Karena itu para santrinya berusaha mencari obat. Akhirnya Sunan Dalem memperoleh mimpi untuk memakan makanan yang diolah dari ayam jago muda. Setelah mengonsumsi kolak, Sunan Dalem pun sembuh dari sakit yang deritanya. Sejak saat itu membuat Kolak Ayam setiap malam ke 23 Ramadhan menjadi sebuah tradisi masyarakat Gumeno untuk menghormati Sunan Dalem.
Masyarakat Desa Gumeno Gresik melakukan tradisi memasak kolak ayam di bulan puasa yaitu di setiap malam ke 23. Uniknya yang bertugas untuk membuat kolak tersebut adalah kaum laki-laki mulai dari menyiapkan bahan, mengolah atau memasak hingga membagikannya. Para laki-laki bekerja sama bahu membahu untuk membuat kolak dalam jumlah besar yang akan dibagikan kepada masyarakat yang berbuka puasa di masjid dan ada juga yang dijual.
Tak ayal masyarakat lain daerah seperti Tuban, dan Lamongan berbondong-bondong datang ke Gumeno saat malam ke 23 Ramadhan untuk ikut menyicipi Kolak Ayam tersebut. Porsi kolak juga dibuat dalam jumlah ribuan untuk mencukupi semua permintaan warga. Terlebih, pengunjung tidak bisa menemukan makanan ini ditempat lain atau saat hari lain selain bulan suci Ramadhan.
Untuk menyajikannya saja, warga Gumeno sudah mempersiapkan tradisi Kolak Ayam Gresik sejak hari ke 21 Ramadhan. Hal tersebut dilakukan supaya semua bahan sudah siap saat malam 23. Para laki-laki muda Gumeno biasanya menyiapkan ayam dan menyembelihnya. Proses penyembelihan juga dilakukan secara manual supaya sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan laki-laki dewasa menyiapkan semua bumbu yang dibutuhkan seperti gula jawa, jinten, daun bawang, dan pastinya kelapa tua.
Tradisi ini sudah menjadi agenda rutin Kabupaten Gresik yang tercatat di kalender pariwisata karena mampu menyerap animo masyarakat luas Gresik. Masyarakat luar Gresik juga ingin mencicipi kolak dan membuktikan khasiatnya bagi kesehatan.
Tradisi Kolak Ayam Gresik merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan. Jangan sampai tradisi ini hilang tergerus oleh modernisasi zaman. Tidak ada ruginya menjaga apa yang sudah ada sejak warisan nenek moyang. Dengan menjadikan Kolak Ayam Gresik sebuah agenda tahunan di bidang pariwisata diharapkan menjadi salah satu langkah awal untuk menjadikan tradisi ini lestari.
#sumber gambar : IG @ gresiktourism (1 & 2) | kuliner_anak_kosan (3)